Organisasi Wanita
Revolusi Prancis
ternyata menyangkut masalah bias gender. Kaum wanita yang sebelumnya menjadi
makhluk kedua sesudah pria, setelah Revolusi Prancis menjadi lebih berani dan
percaya diri bahwa mereka pun sama dengan kaum pria yang memiliki tanggung
jawab sosial yang relatif sama. Pergerakan paham emansipasi pada gilirannya
mencapai Indonesia pula yang tengah dalam giatgiatnya membangun kesadaran
kebangsaan.
Seperti halnya dengan para pemuda, kaum perempuan
Indonesia tidak ketinggalan dalam menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam
memperluas dan memperkuat perasaan kebangsaan. Mereka juga mendirikan organisasi-organisasi
kewanitaan, dengan menitik beratkan perjuangannya pada perbaikan kedudukan
sosial wanita. Seperti halnya hal yang menyangkut perkawinan, keluarga,
peningkatan pengetahuan, pendidikan, dan keterampilan wanita. Pada mulanya
gerakan mereka merupakan bagian dari organisasi lokal kedaerahan atau
keagamaan. Organisasi-organisasi wanita yang berdiri pada masa pergerakan
nasional antara lain.
1. Putri Mardika (1912)
Putri Mardika adalah organisasi keputrian tertua dan
merupakan bagian dari Budi Utomo. Tujuannya adalah untuk memberikan bantuan,
bimbingan dan penerangan kepada wanita-wanita pribumi dalam menuntut pelajaran
dan dalam menyatakan pendapat di muka umum. Kegiatannya antara lain sebagai
berikut: memberikan beasiswa dan menerbitkan majalah bulanan. Tokoh-tokohnya:
P.A Sabarudin, R.A Sutinah Joyopranoto, R.R Rukmini, dan Sadikun Tondokukumo.
2. Kartini Fonds (Dana Kartini)
Organisasi ini didirikan oleh Tuan dan Nyonya C. Th.
Van Deventer, tokoh politik etis. Salah satu usahanya adalah mendirikan
sekolah-sekolah, misalnya: Sekolah Kartini di Jakarta, Bogor, Semarang (1913),
setelah itu di Madiun (1914), Malang dan Cirebon (1916), Pekalongan (1917),
Subabaya dan Rembang. 3) Kautamaan Istri Organisasi ini berdiri sejak tahun
1904 di Bandung, yang didirikan oleh R. Dewi Sartika. Pada tahun 1910 didirikan
Sekolah Keutamaan Istri, dengan tujuan mengajar anak gadis agar mampu membaca,
menulis, berhitung, punya keterampilan kerumahtanggaan agar kelak dapat menjadi
ibu rumah tangga yang baik. Kegiatan ini kemudian mulai diikuti oleh kaum
wanita di kota-kota lainnya, yaitu Tasikmalaya, Garut, Purwakarta, dan Padang
Panjang.
4. Kerajinan Amal Setia (KAS)
KAS didirikan di Kota Gadang Sumatra Barat oleh Rohana
Kudus tahun 1914. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pendidikan wanita, dengan
mengajarkan cara-cara mengatur rumah tangga, membuat barang-barang kerajinan
tangan beserta cara pemasarannya. Pada tahun itu juga, KAS berhasil mendirikan
sekolah wanita pertama di Sumatera sebelum terbentuknya Diniyah Putri di
Padangpanjang.
5. Aisyiah (1917)
Aisyiah didirikan pada 22 April 1917 dan merupakan
bagian dari Muhammadiyah. Pendirinya adalah H. Siti Walidah Ahmad Dahlan.
Kegiatan utamanya adalah memajukan pendidikan dan keagamaan bagi kaum wanita,
memelihara anak yatim, dan menanamkan rasa kebangsaan lewat kegiatan organisasi
agar kaum wanita dapat mengambil peranan aktif dalam pergerakan nasional.
6. Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT)
PIKAT didirikan pada bulan Juli 1917 oleh Maria
Walanda Maramis di Menado, Sulawesi Utara. Tujuannya: memajukan pendidikan kaum
wanita dengan cara mendirikan sekolah-sekolah rumah tangga (1918) sebagai calon
pendidik anak-anak perempuan yang telah tamat Sekolah Rakyat. Di dalamnya
diajari cara-cara mengatur rumah tangga yang baik, keterampilan, dan menanamkan
rasa kebangsaan.
7. Organisasi Kewanitaan Lain
Organisasi Kewanitaan lain yang berdiri cukup banyak,
antara lain: Pawiyatan Wanita di Magelang (1915), Wanita Susila di Pemalang
(1918), Wanita Rukun Santoso di Malang, Budi Wanita di Solo, Putri Budi Sejati
di Surabaya (1919), Wanita Mulya di Yogyakarta (1920), Wanita Katolik di
Yogyakarta (1921), PMDS Putri (1923), Wanita Taman Siswa (1922), dan Putri
Indonesia (1927).
8. Kongres Perempuan Indonesia
Pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta,
diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia pertama. Kongres tersebut
diprakarsai oleh berbagai organisasi wanita seperti: Wanita Utomo, Putri
Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Mulya, Aisyiah, SI, JIB, dan Taman Siswa
bagian wanita. Tujuan kongres adalah mempersatukan cita-cita dan usaha untuk
memajukan wanita Indonesia, dan juga mengadakan gabungan antara berbagai
perkumpulan wanita yang ada.
Dalam
kongres itu diambil keputusan untuk mendirikan gabungan perkumpulam wanita yang
disebut Perikatan Perempuan Indonesia (PPI) dengan tujuan:
·
memberi
penerangan dann perantaraan kepada kaum perempuan, akan mendirikan studie fond
untuk anak-anak perempuan yang tidak mampu;
·
mengadakan
kursus-kursus kesehatan;
·
menentang
perkawinan anak-anak;
·
memajukan
kepanduan untuk organisasi-organisasi wanita tersebut di atas, pada umumnya
tidak mencampuri urusan politik dan berjuang dengan haluan kooperatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar